Minggu, 12 Januari 2014

SEPUTAR ANEMIA GIZI BESI (AGB)
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
Manifestasi klinik
            Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
(1) kecepatan timbulnya anemia
(2) umur individu
(3) mekanisme kompensasinya
(4) tingkat aktivitasnya
(5) keadaan penyakit yang mendasari, dan
(6) parahnya anemia tersebut.
                Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka  lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
Mekanisme kompensasi bekerja melalui:
(1) peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2
      ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah
(2) meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
(3) mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan,  dan
(4) redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ).
Etiologi
  1. Karena cacat sel darah merah (SDM)
         Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.
1. Karena kekurangan zat gizi
 Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh faktor                                                                                                                  
   luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam SDM   disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi.
2. Karena perdarahan
       Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar  dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.
3. Karena otoimun
 Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun.

Diagnosis (gejala atau tanda-tanda)
Tanda-tanda yang paling sering  dikaitkan dengan anemia adalah:
  1.  kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah
  2. sakit kepala, dan mudah marah
  3. tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi
  4. pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).
      
Klasifikasi anemia
                 Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Sudah dikenal tiga klasifikasi besar.
          Yang pertama adalah anemia normositik normokrom. Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
          Kategori besar yang kedua adalah anemia makrositik normokrom. Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.
         Kategori anemia ke tiga adalah anemia mikrositik hipokrom. Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan
darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
Anemia dapat juga diklasifikasikan  menurut etiologinya. Penyebab utama yang dipikirkan adalah
 (1) meningkatnya kehilangan sel darah merah dan
 (2) penurunan atau gangguan pembentukan sel.
 Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat pardarahan kronik karena polip pada kolon, penyakit-penyakit keganasan, hemoriod atau menstruasi. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek
hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu sendiri terganggu adalah:
1. hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misal nya anemia sel sabit                       
2. gangguan sintetis globin misalnya talasemia
3. gangguan membran sel darah merah misalnya sferositosis herediter
4.defisiensi enzim misalnya defisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase).
                Yang disebut diatas adalah gangguan herediter. Namun, hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah yang seringkali memerlukan respon imun. Respon isoimun mengenai berbagai individu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh tranfusi darah yang tidak cocok. Respon otoimun terdiri dari pembentukan antibodi terhadap sel-sel darah merah itu sendiri. Keadaan yang di namakan anemia hemolitik otoimun dapat timbul tanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu seperti alfa-metildopa, kinin, sulfonamida, L-dopa atau pada penyakit-penyakit seperti limfoma, leukemia limfositik kronik, lupus eritematosus, artritis reumatorid dan infeksi  virus. Anemia hemolitik otoimun selanjutnya diklasifikasikan menurut suhu dimana antibodi bereaksi dengan sel-sel darah merah –antibodi tipe panas atau antibodi tipe dingin.
Malaria adalah penyakit parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini akan menimbulkan anemia hemolitik berat ketika sel darah merah diinfestasi oleh parasit plasmodium, pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sel darah merah, dimana permukaan sel darah merah tidak teratur. Sel darah merah yang terkena akan segera dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa(Beutler, 1983)
           Hipersplenisme (pembesaran limpa, pansitopenia, dan sumsum tulang hiperselular atau normal) dapat juga menyebabkan hemolisis akibat penjeratan dan penghancuran sel darah merah. Luka bakar yang berat khususnya jika kapiler pecah dapat juga mengakibatkan hemolisis.
Klasifikasi etiologi utama yang kedua adalah pembentukan sel darah merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoiesis). Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
(1) keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel mieloma; obat dan zat kimia toksik; dan penyinaran dengan radiasi dan
(2) penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati, penyakit-penyakit infeksi dan defiensi endokrin.
Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan etiologi.
Anemia aplastik
                Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk disumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan  sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi sumsum tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.

Gejala-gejala anemia aplastik
Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia. Gejala-gejala lain yang berkaitan dengan anemia adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih.
Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan:
(1)ekimosis dan ptekie (perdarahan dalam kulit)
(2)epistaksis (perdarahan hidung)
(3)perdarahan saluran cerna
(4)perdarahan saluran kemih
(5)perdarahan susunan saraf pusat.
Defisiensi sel darah putih mengakibatkan lebih mudahnya terkena infeksi.
Aplasia berat disertai pengurangan atau tidak adanya retikulosit jumlah granulosit yang kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit yang kurang dari 20.000 dapat
mengakibatkan kematian dan infeksi dan/atau perdarahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Namun penderita yang lebih ringan dapat hidup bertahun- tahun. Pengobatan terutama dipusatkan pada perawatan suportif sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi sel lain merupakan penyebab utama kematian maka penting untuk mencegah perdarahan dan infeksi.
Pencegahan anemia aplastik dan terapi yang di lakukan
Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi (ruangan dengan aliran udara yang mendatar atau tempat yang nyaman) dan higiene yang baik. Pada pendarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen perangsang sumsum tulang seperti androgen diduga menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu. Penderita anemia aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb) antara 8 dan 9 g dengan tranfusi darah yang periodik.
Penderita anemia aplastik berusia muda yang terjadi secara sekunder akibat kerusakan sel induk memberi respon yang baik terhadap tranplantasi sumsum tulang dari donor yang cocok (saudara kandung dengan antigen leukosit manusia [HLA] yang cocok). Pada kasus-kasus yang  dianggap terjadi reaksi imunologis maka digunakan globulin antitimosit (ATG) yang mengandung antibodi untuk melawan sel T manusia untuk mendapatkan remisi sebagian. Terapi semacam ini dianjurkan untuk penderita yang agak tua atau untuk penderita yang tidak mempunyai saudara kandung yang cocok.
Anemia defisiensi besi
                Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.
 Penyebab lain defisiensi besi adalah:
(1)asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka  sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja;
(2)gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi dan
(3)kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 sampai 5 g besi,
bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya. Hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil dalam mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim hem, sepertiga
sisanya disimpan dalam hati, limpa dan dalam sumsum tulang sebagai feritin dan sebagai hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.
Patofisiologi anemia defisiensi besi
Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya sampai 5% - 10% (1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan duodenum; penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal. Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.
Tanda dan gejala anemia pada penderita defisiensi besi
Setiap milliliter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi umumnya sedikit sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/hari. Namun wanita yang mengalami menstruasi kehilangan tambahan 15 sampai 28 mg/bulan. Walaupun kehilangan darah karena menstruasi berhenti selama hamil, kebutuhan besi harian tetap meningkat, hal ini terjadi oleh karena volume darah ibu selama hamil meningkat, pembentukan plasenta, tali pusat dan fetus, serta mengimbangi darah yang hilang pada waktu melahirkan.
Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia, penderita defisiensi besi yang berat (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/ 100 ml;Hb 6 sampai 7 g/100 ml)mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut.
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom disertain poikilositosis dan aniositosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas meningkat besi serum meningkat.
Pengobatan anemia pada penderita defisiensi besi
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat perdarahan aktif
yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid; perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia (misalnya hati, masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebab harganya mahal dan mempunyai insidens besar terjadi reaksi yang merugikan.
Anemia megaloblastik
            Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai anemia makrositik normokrom.
Sebab-sebab atau gejala anemia megaloblastik
            Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu. Defisiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik  (seperti terlihat pada anemia pernisiosa dan postgastrekomi) infestasi parasit, penyakit usus dan keganasan, serta agen kemoterapeutik. Individu dengan infeksi cacing pita (dengan Diphyllobothrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompetisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B12 dari makanan, yang mengakibatkan anemia megaloblastik (Beck, 1983).
                Walaupun anemia pernisiosa merupakan prototip dari anemia megaloblastik defisiensi folat lebih sering ditemukan dalam praktek klinik. Anemia megaloblastik sering kali terlihat pada orang tua dengan malnutrisi, pecandu alkoholatau pada remaja dan pada kehamilan dimana terjadi peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fetus dan laktasi. Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan dan hipertiroidisme. Penyakit celiac dan sariawan tropik juga menyebabkan malabsorpsi dan penggunaan obat-obat yang bekerja sebagai antagonis asam folat juga mempengaruhi.
Pencegahan anemia pada penderita anemia megaloblastik
Kebutuhan minimal folat setiap hari kira-kira 50 mg mudah diperoleh dari diet rata-rata. Sumber yang paling melimpah adalah daging merah (misalnya hati dan ginjal) dan sayuran berdaun hijau yang segar. Tetapi cara menyiapkan makanan yang benar
juga diperlukan untuk menjamin jumlah gizi yang adekuat. Misalnya 50% sampai 90% folat dapat hilang pada cara memasak yang memakai banyak air. Folat diabsorpsi
dari duodenum dan jejunum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan  dalam hati. Tanpa adanya asupan folat persediaan folat biasanya akan habis
kira-kira dalam waktu 4 bulan. Selain gejala-gejala anemia yang sudah dijelaskan penderita anemia megaloblastik sekunder karena defisiensi folat dapat tampak seperti malnutrisi dan mengalami glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit), diare dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (<4 mg/ml).
Pengobatan anemia pada penderita anemia megaloblastik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pengobatan bergantung pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalah memperbaiki defisiensi diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau dengan vitamin B12. penderita kecanduan alkohol yang dirawat di rumah sakit sering memberi respon “spontan” bila di berikan diet seimbang.

Daftar Pustaka
 1.   Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta
 2.   http://www.majalah-farmacia.com
 3.   http://www.pediatrik.com
 4.   Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta


Sabtu, 04 Januari 2014

No improvement in suboptimal vitamin A status with a randomized, double-blind, placebo-controlled trial of vitamin A supplementation in children with sickle cell disease

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3441116/pdf/ajcn964932.pdf



Vitamin A is an essential nutrient in humans required for immune function, growth, development, reproduction, and vision (1). The adverse health effects of vitamin A deficiency (serum retinol <20 μg/dL) are numerous, including an increased risk of morbidity and mortality, reduced resistance to infection, impaired cellular differentiation, and higher rates of anemia, xerophthalmia, and blindness (2). In US children with type SS sickle cell disease (SCD-SS)4, suboptimal vitamin A status (serum retinol <30 μg/dL) is prevalent and is associated with increased hospitalizations and poor growth and hematologic status (3). In addition, the adequacy of vitamin A dietary intake declines with age in children with SCD-SS (4). Collectively, these data suggest that vitamin A supplementation is necessary throughout childhood in those with SCD. However, no study has investigated the supplemental vitamin A dose needed to optimize vitamin A status in this population.


Subjects with SCD-SS aged 2.0–12.9 y were recruited in Pennsylvania from the Sickle Cell Center at The Children's Hospital of Philadelphia (CHOP) and Lehigh Valley Hospital and in New Jersey from the CHOP Voorhees Specialty Care Center and Newark Beth Israel Medical Center. Exclusion criteria included chronic transfusion therapy or a transfusion within the past 2 mo, hydroxyurea therapy, history of stroke, liver enzymes >3 times the reference range, height >2.0 SDs above the age and sex mean (>98th percentile, CDC 2000 reference standards; 5), participation in another intervention study, pregnancy, and other chronic conditions known to affect growth, dietary intake, or nutritional status. In addition, subjects taking daily vitamins or commercial nutritional supplements containing vitamin A were not eligible for the study. However, subjects willing to discontinue supplementation with the approval of their medical care team were eligible after a 2-mo washout period.

Study design

All subjects completed a screening visit, and, if eligible, baseline and 3-, 6-, 9-, and 12-mo visits. The initial recruitment date was 16 November 2004. Before the screening visit, a chart review was completed to document an SCD-SS diagnosis based on electrophoresis and to conduct a preliminary assessment of other inclusion and exclusion criteria. Those eligible completed a screening visit to assess vitamin A; hematologic, hepatic, and inflammatory status; dietary intake; height; and weight. Those meeting all inclusion criteria were invited to participate in the vitamin A supplementation trial. To account for variability, those with a screening serum retinol concentration <34.5 μg/dL were invited to complete a baseline visit. At baseline, all subjects had a serum retinol concentration <30 μg/dL, defined as suboptimal vitamin A status for this study.

untuk mendapatkan naskah aslinya...
download di sini

Kamis, 26 Desember 2013

Dietary Supplements for Improving Body Composition and Reducing Body Weight


Changing Body Composition:
Nutrient Partitioning
Substances that fall into the nutrient partitioning category
are hypothesized to work by changing either fat or carbohydrate
metabolism, thus increasing lean body mass and
reducing body fat (see Table 3). Only calcium, conjugated
linoleic acid, and chromium picolinate are discussed here.
Calcium
Higher calcium (Ca) intakes, through supplements or
dairy consumption, are associated with lower body weight
or decreased weight gain (Major et al., 2008). The specific
mechanisms by which Ca/dairy intake may play a role in
regulating body weight are still unknown, but a number
have been proposed:

2006). Unfortunately, research in this area has been
equivocal. Some researchers find that both supplemental
and dairy Ca increase fat oxidation (Melanson et al.,
2003), while others find this effect only with Ca supplements
(Teegarden et al., 2008). White et al. found no acute
effects of dairy Ca intake on fat oxidation during exercise.
Conjugated Linoleic Acid
Conjugated linoleic acid is an isomer of linoleic acid,
one of two essential fatty acids required in the diet. It
is hypothesized that CLA, primarily the cis-9, trans-11,
trans-10, and cis-12 isomers, can increase lean-tissue
mass and decrease body fat based on extensive animal
research (Bhattacharya, Banu, Rahman, Causey, & Fernandes,
2006; Churruca, Fernández-Quintela, & Portillo,
2009; Li, Huang, & Xie, 2008). Research in humans has
not produced the dramatic results observed in animals.
Extensive reviews and two meta-analyses have examined
the effect of CLA supplementation on fat loss or weight
regain after a weight-loss program and report either no
or moderate outcomes. One meta-analysis found a small,
but significant, decrease in fat mass (0.05 kg/week) with
3.2 g/day of CLA over 6–24 months (Whigham, Watras,
& Schoeller, 2007). Conversely, a second meta-analysis
found no significant difference in either body weight or
fat mass in CLA users (3.4 g/day for 1year) compared
with a placebo group (Larsen, Toubro, & Astrup, 2003).
A review by Li et al. reports that most studies fail to
show a decrease in body weight after supplementing
with CLA (0.7–6.8 g/day), while seven studies showed
small changes in fat mass. Finally, a recent review including
RCTs using CLA alone found little or no change
in body weight with CLA supplementation (3.4–6.8 g/
day for 4weeks to 24 months; Egras, Hamilton, Lenz, &
Monaghan, 2011).
Research published after these meta-analyses continues
to show equivocal results. Norris et al. (2009)
reported that CLA contributed to a small decrease in
weight (~1 kg) in obese postmenopausal women, while
Diaz, Watkins, Li, Anderson, and Campbell (2008) found
no effect of CLA (1.8 g/day) on body composition or
weight in overweight women on an energy-reduced diet
(–500 kcal/day) plus 30 min exercise 5 days/week for 3
months. Conversely, two recent studies have shown small
improvements in body composition (~1.2 kg gain in lean
tissue vs. controls) in normal-weight young (Pinkoski
et al., 2006) and older (Tarnopolsky et al., 2007) adults
using CLA (5–6 g/day for 7–24 weeks) and participating
in resistance exercise. Finally, there appears to be
no effect of CLA on exercise performance (Campbell &
Kreider, 2008).
The inconsistency between human clinical trials and
animal studies may be due to differences in age, gender,
and CLA dose and isomer form (Li et al. 2008; Plourde,
Jew, Cunnane, & Jones, 2008). Most animal studies are
done in young growing animals, while the human research
is done in adults, primarily overweight women. Humanresearch
studies typically feed a single CLA isomer.

untuk mendapatkan naskah aslinya...
download di sini

Senin, 18 November 2013

Manfaat Air Kelapa Bagi Kesehatan


Beberapa Manfaat Air Kelapa Bagi Kesehatan
Manfaat Air Kelapa
Manfaat Air Kelapa Bagi Kesehatan

Manfaat Air Kelapa. Sejak lama, kelapa dikenal sebagai tumbuhan yang kaya manfaat. Nyaris tak ada bagian dari tanaman kelapa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Namun tak jarang pula orang yang tidak paham memanfaatkan setiap bagian dari kelapa. Air kelapa misalnya, justru hanya menjadi limbah karena bingung memanfaatkanya. Padahal air kelapa justru sangat berkhasiat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh.
Inilah beberapa alasan kenapa anda perlu minum air kelapa :

Manfaat Air Kelapa


  1. Air kelapa ternyata lebih bernutrisi ketimbang susu penuh (whole milk) karena tidak mengandung kolesterol dan rendah lemak.
  2. Air kelapa dapat memperbaiki sirkulasi darah dan dikenal mampu membersihkan saluran pencernaan.
  3. Airkelapa tidak hanya akan membuat sistem kekebalan tubuh anda lebih baik, tetapi juga mambantu tubuh melawan beberapa jenis virus penyebab penyakit.
  4. Jika anda mengidap penyakit batu ginjal, biasakanlah meminum air kelapa secara rutin. Kebiasaan meminum air kelapa akan membantu memecah batu ginjal dan memudahkan mereka keluar dari tubuh.
  5. Air kelapa juga dikenal sejak dahulu dapat menyembuhkan gangguan saluran kencing. Segelas air kelapa akan meredakan rasa sakit akibat susah kencing.
  6. Jika anda masih merasa pusing karena mabuk, tak ada yang bisa memulihkannya dengan cepat selain mengkonsumsi air kelapa.
  7. Air kelapa yang rasanya lembut sangat kaya akan elektrolit dan potassium. Potassium dapat membantu tubuh mengatur tekanan darah dan fungsi organ jantung.
  8. Air kelapa dapat mempercepat naiknya trombosite bagi penderita DBD dan menurunkan demam (trombosit turun karena dipakai untuk mencega pendarahan, karena demam tinggi mengakibatkan pengentalan daran, dan pori-pori pembuluh darah membesar).

Berbagai Manfaat Air Kelapa lainnya :

  • Manfaat Air Kelapa sebagai diuretik, yaitu untuk memperlancar pengeluaran air seni. Air kelapa muda dicampur dengan sedikit sari jeruk sitrun bermanfaat untuk mengatasi dehidrasi, juga untuk memerangi gangguan cacing dalam perut anak-anak kecil.
  • Jika air kelapa muda yang dicampur dengan susu amat baik untuk makanan anak. Campuran air kelapa muda tersebut mempunyai khasiat untuk mencegah penggumpalan susu dalam perut, muntah, sembelit, dan sakit pencernaan.
  • Manfaat Air Kelapa sebagai obat. Diantaranya, minum air kelapa muda juga dapat membantu mengatasi pengaruh racun obat sulfa dan antibiotika lain, sehingga menjadikan obat-obat itu lebih cepat diserap darah.
  • Mencuci muka dengan air kelapa secara kontinu setiap hari dapat menyembuhkan  dan melenyapkan jerawat, noda-noda hitam, kerutan pada wajah yang datang lebih dini, kulit kering dan wajah menjadi tampak berseri.
  • Campurlah air kelapa dengan sedkit madu. Ramuan ini merupakan tonikum yang murah tetapi berkhasiat. Ramuan ini merangsang pusat-pusat seksual tubuh dan meniadakan akibat buruk gairah seksual berlebih.
  • Jerawat membandel dapat diobati dengan campuran 25 gram pasta kunyit dengan segelas air kelapa, lalu dibarkan selama semalam suntuk, kemudian tambahkan 3 sendok teh bubuk cendana merah. Aduk-aduklah semua bahan tersebut sampai rata, kemudian disimpan lagi tanpa terganggu selama 3 hari. Saringlah ramuan tadi dengan tiga lapis kain kasa. Simpan sari tadi dalam botol, dan oleskan pada muka dua kali sehari hingga jerawat lenyap.
  • Manfaat Air Kelapa obat luka, telapak kaki pecah-pecah, dan eksim. Membuat ramuannya relatif  mudah. Rendamlah segenggam beras dalam air kelapa muda bersama tempurungnya sampai beras terasa asam karena peragian, kemudian beras digiling menjadi bubuk halus. Tepung beras tersebut digunakan dengan dioleskan setiap hari selama 3-4 hari pada bagian tubuh yang sakit.
  • Jika air kelapa muda dicampur dengan sejumput bubuk kunyit dan air kapur sirih dalam ukuran sama merupakan obat luka bakar dan meniadakan rasa panas pada telapak kaki dan tangan.


Manfaat Air Kelapa Lainnya  : MENCEGAH DAN MENGOBATI UBAN

Saat ini makin banyak orang yang beruban di usia yang lebih muda. Penyebabnya pun beraneka ragam. Stres, penggunaan shampoo yang mengandung bahan kimia dan sebagainnya adalah dua di antara penyebab munculnya uban di usia muda.

Menghilangkan uban ini memang bisa dilakukan dengan mengecat rambut, namun dengan kelapa, pemunculan uban yang lebih dini bisa ditunda. Jika sudah terlanjur, maka kelapa ini bisa mengurangi area rambut yang beruban.

Caranya : Ambil setengah butir kelapa tua dan air kelapa itu sendiri. Parut kelapa dan peras menggunakan air kelapa untuk diambil santannya. Tambahkan garam secukupnya dan aduk merata. Embunkan semalaman di luar rumah.

Ambil santan dan oleskan ke bagian rambut yang beruban sambil dipijat ringan. Biarkan 10-15 menit dan cuci bersih. Gunakan tiga hari sekali.


Manfaat Air Kelapa : MENGHALUSKAN TUMIT PECAH-PECAH

Tumit pecah-pecah jadi masalah bagi perempuan. Sebab, jika itu terjadi, dia tidak mungkin memperlihatkan bagian kaki lebih banyak. Namun, jangan khawatir, minyak kelapa juga bisa digunakan untuk menghaluskan tumit pecah atau bagian telapak kaki yang biasanya kasar karena sering bergesekan dengan lantai atau tanah.

Caranya : Ambil satu sendol the minyak kelapa dan campurkan dengan petroleum jelly (Vaseline). Sebelum tidur, oleskan ke bagian tumit yang pecah-pecah dan telapak kaki yang kasar secara merata. Setelah itu kenakan kaos kaki, agar minyak tidak menempel di sprei.

Esoknya, bersihkan dengan air bersih dan oleskan hand body lotion. Lakukan setiap malam. Lambat laun tumit yang pecah-pecah akan kembali utuh dan telapak kaki yang kasar juga menjadi halus.



Manfaat Air Kelapa : MENGHILANGKAN KETOMBE

Ketombe memang mengganggu. Tidak sekedar mengurangi keindahan rambut, ketombe juga nenbuat kulit kepala gatal tidak karuan. Akibatnya kulit kepala lecet dan mengurangi keanggunan jika setiap saat harus menggaruk kepala. Air kelapa yang mengandung tannin, merupakan anti bakteri dan vitamin C yang bisa menghilangkan ketombe. Dipadu dengan nanas dan jeruk nipis, ramuan ini pun menjadi lebih sempurna.

Caranya : Ambil setengah butir kelapa tua dan seperempat nanas mengkal. Parut keduanya dan ambil airnya. Tambahkan perasan satu buah jeruk nipis dan satu setengah gelas air kelapa hingga merata, biarkan selama 15 emnit. Cuci hingga bersih dan gunakan satu minggu sekali.


Manfaat Air Kelapa : MENGURANGI MINYAK WAJAH

Produksi minyak berlebih di wajah membuat riasan cepat luntur. Selain itu kulit berminyak juga membuat penampilan menjadi lusuh. Daging klapa bisa digunakan untuk mengurangi produksi minyak di kulit wajah.

Caranya : ambl satu buah kelapa dan parut. Tambhakan air sedikit agar parutan kelapa menjadi bubur. Tempelkan pada seluruh wajah, kecuali area mata. Untuk mata, tempelkan irisan mentimun. Biarkan selama 20-30 menit. Bersihkan parutan kelapa dan bilas dengan air dingin.


Manfaat Air Kelapa : MELEMBABKAN RAMBUT

Memiliki rambut kering atau berminyak sama-sama tidak menyenangkan. Sebab, rambut kering menjadi mudah patah, sedangkan rambut berminyak mudah kotor dan lepek. Untuk mengatasinya, rambut harus dilembabkan. Air kelapa juga bisa digunakan untuk melembabkan rambut. Kandungan vitamin C pada air kelapa bisa mengurangi minyak sekaligus melembabkan rambut.

Caranya : Ambil air dari satu butir kelapa yang tidak terlalu tua. Masukkan air kelapa ke dalam air dengan perbandingan satu banding satu. Basuhkan ke rambut yang sudah dikeramas. Keringkan. Lakukan setiap kali keramas agar rambut lebih lembab.


Manfaat Air Kelapa : MENYAMARKAN LUTUT DAN SIKU YANG MENGHITAM

Lutut dan siku mungkin menjadi area tubuh yang luput dari perhatian dan perawatan. Akibatnya kedua bagian itu menghitam, apalagi tanpa disadari, anda sering berlutut atau menyadarkan siku anda pada pegangan kursi. Sehingga lama kelamaan lutut dan siku itu akan menghitam.

Caranya : Ambil jeruk lemon ukuran sedang, belah jadi dua dan ambil airnya. Sisihkan air perasan itu, karena saat ini yang anda butuhkan adalah lemonnya. Teteskan setengah sendok teh minyak kelapa ke lemon, lantas usap perlahan namun berulang ke bagian lutut dan siku yang menghitam, sambl digosok secara lembut. Lakukan berkali-kali sampai lemon dan minyak kelapa habis, lantas bersihkan. Lakukan setiap hari sampai warna hitamnya memudar.